Selasa, 03 April 2012


KENAIKAN BBM, HANYA MASALAH 1.500 PERAK ?

MALANG KOTA – Aksi penolakan kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) terjadi lagi di Kota Malang. Jumat, 30 Maret 2012 ratusan massa HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) se Malang Raya baik laki-laki maupun perempuan menggelar aksi tolak damai (musyaroh) menolak kenaikan harga BBM. Dalam aksinya, massa menggelar aksi diawali di depan Stadion Gajayana, Kota Malang.
Aksi digelar sejak pukul 13.15 dan berakhir pada pukul 14.40 WIB. Massa HTI yang menggelar aksi demo ini tidak hanya dari kalangan Mahasiswa, tetapi juga kalangan masyarakat pun yang tergabung dalam HTI ikut serta menyuarakan aspirasi mereka. Massa mulai menyuarakan aksi orasi yang pertama di depan Stadion Gajayana. Orasi pertama ini disampaikan oleh Ustadz Azizi Fathoni yang dalam orasinya mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menolak kenaikan harga BBM secara damai.
Melihat banyaknya massa HTI yang berdemo, membuat aparat kepolisian siap siaga melakukan pengawalan ketat. Untungnya, hingga aksi selesai, semua berjalan aman dengan lancar, tidak ada terjadi tindak anarkis maupun kekerasan. Aksi hanya berjalan dengan singkat, hanya kemacetan sebentar yang terjadi di sekitar Jalan Basuki Rahmat. “Kami melakukan aksi damai dengan mengajak kepada rakyat untuk bersama-sama menolak kenaikan harga BBM. Kalo nanti pemerintah tetap menaikkan harga BBM, masyarakat pasti akan pusing memikirkan naiknya harga bahan-bahan pokok. Kami mengajak semua elemen masyarakat untuk menegakkan syariat Islam & Khilafah,” ucap Ustadz Maliki, seorang aktivis HTI dalam orasinya. “Anda pikir itu hanya masalah 1500? Itu salah besar. Begitu kejamnya Anda kalau mengatakan kenaikan BBM ini hanya permasalahan 1.500 perak saja? BECUSS !, ujarnya.

Menurut salah satu peserta aksi damai ini mengatakan bahwa “Aksi damai ini adalah salah satu tuntutan aqidah, yaitu kewajiban kita sebagai rakyat untuk mengoreksi penguasa ketika mereka membuat kebijakan yang mendholimi rakyat, seharusnya para penguasa bisa memberikan solusi yang solutif dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ada sekarang.”

Usai berorasi di depan Stadion Gajayana, massa HTI melanjutkan aksinya dengan berjalan menuju kantor DPRD Kota Malang. Selama menempuh perjalanan, massa HTI terus menyuarakan yel-yel mereka, massa menolak dengan keras sistem demokrasi dan kapitalis yang sedang diterapkan di Indonesia. “Tolak..tolak privatisasi BBM di negeri ini, kenaikan BBM april ini, rakyat buntung asing tambah untung.. Demokrasi..hancurkan! Kapitalisme..hancurkan, satu kata Syariah, satu kata Khilafah ! seraya mengucapkan takbir “Allahu Akbar !!!”. Selain itu massa juga membagi-bagikan brosur Al-Islam kepada seluruh masyarakat yang sedang menyaksikan aksi tersebut.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, rombongan massa HTI tiba dan langsung memusatkan aksi demo di pintu utara gedung DPRD Kota Malang. Kehadiran mereka pun sudah dihadang puluhan petugas polisi. Mereka melanjutkan kembali aksi orasi mereka dihadapan gedung DPRD. Dalam orasinya kali ini, disampaikan oleh Ustadz Syarori dari HTI. Dalam orasinya, ia mengatakan bahwa “ Kenaikan harga BBM ini menurut seluruh elemen HTI merupakan sebuah kebijakan yang penuh dengan penghianatan dan penuh kezaliman dari penguasa. Meski mendapat tantangan keras dari berbagai lapisan masyarakat di seluruh Indonesia, berdasarkan Lingkaran Survey Indonesia (LSI) tertanggal 11 Maret 2012 yang menunjukkan bahwa 86% rakyat Indonesia semuanya menolak secara pasti kenaikan harga BBM, akan tetapi sampai saat ini pemerintah tidaklah bergeming. Awal april nanti BBM akan tetap dinaikkan. Berbagai alasan dikemukakan untuk membenarkan kebijakan ini. Salah satunya kalau BBM harus naik adalah untuk menyelamatkan ekonomi nasional, sebab apabila BBM tidak dinaikkan, APBN akan terancam jebol, memang harga minyak mentah dunia terus melonjak naik, sekarang harga minyak mentah dunia sudah mencapai 120 dolar AS per barel. Sedangkan asumsi dalam APBN hanya 90 dolar AS per barel, jadi pemerintah merasa harus menombok, ini yang katanya membebani APBN, tapi pemerintah tidak pernah mengungkapkan berapa sebetulnya penerimaan pemerintah setelah kenaikan harga minyak mentah dunia itu. Jika harga minyak naik maka penerimaan pemerintah juga akan naik. Penerimaan pemerintah dalam APBN 2012 tercantum pendapatan minyak bumi sebesar Rp 113,68 triliun, pendapatan gas alam 45,79 triliun, pendapatan minyak mentah Rp 10,72 triliun serta PPh migas sebesar Rp 60,9 triliun. Totalnya mencapai 230 triliun lebih. Jika harga minyak naik, maka jumlah pemasukan dari migas itu dipastikan juga akan naik. Gambarannya, dalam RAPBN-P 2012 pemasukan dari migas itu mencapai Rp 270 triliun. Artinya ada kenaikan pemasukan migas sekitar Rp 40 triliun. Dengan dana sebesar ini sebenarnya cukup untuk menambal kebutuhan subsidi sebesar Rp 46 triliun, yang di dalam APBN-P, harga BBM tidak dinaikkan, subsidi BBM akan membengkak dari Rp 123 triliun menjadi 170 triliun. Berarti dari totalnya hanya kurang sekitar 6 miliar rupiah. Kekurangan sebesar itu bisa dengan mudah ditutup. Misalnya dari anggaran kunjungan APBN 2012 yang nilainya mencapai 21 triliun. Tetapi pernyataan pemerintah, bila BBM tidak dinaikkan, APBN akan jebol adalah sebuah kebohongan besar.”
“Oleh karenanya, kebijakan kenaikkan BBM harus ditolak secara tegas, karena ini merupakan kebijakan yang sangat zalim yang menyengsarakan rakyat, hasil survey ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2010 menunjukkan bahwa pengguna BBM 65% adalah rakyat kelas bawah dan miskin, 27% menengah, 6% menengah ke atas, dan hanya 2% dari golongan orang kaya. Dari total jumlah kendaraan di Indonesia yang mencapai 53,4 juta, sebanyak 82% diantaranya merupakan kendaraan roda 2. Yang notabennya kebanyakan dimiliki oleh kelas menengah ke bawah. Ini menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM akan sangat menyengsarakan rakyat, tuturnya.”
Ditengah-tengah orasi yang disampaikan oleh Ustadz Syarori, hujan deras tiba-tiba mengguyur pada sore itu, sekitar pukul 2.30 WIB. Tetapi hujan tersebut tidak menurutkan aksi demo untuk menolak kenaikan harga BBM oleh massa HTI di depan gedung DPRD tersebut.
Sebelum aksi yang dilakukan oleh massa HTI se Malang Raya hari ini, kemarin Kamis, 22 Desember 2012 aksi damai (masyiroh) juga digelar oleh gerakan HTI yang hanya golongan Muslimah (golongan perempuan). Aksi ini juga sama menolak rencana kenaikan harga BBM yang dilakukan pemerintah SBY. Jadi aksi ini merupakan aksi yang terbesar, karena gabungan antara golongan laki-laki dan perempuan.

Note : maaf jika ada kekurangn, masih belajar nulis berita :)